Rabu, 19 Maret 2008

Skandal Seks





Pelajaran dari Spitzer

WARGA dunia beberapa saat jadi heboh. Salah seorang Gubernur di negara super power terpental dari kursinya yang empuk karena "membooking" seorang pelacur kelas elit bernama Ashley Kristen Dupree. Entah berapa kali ia memakai jasa sang pelacur, tak ada yang tahu secara pasti. Namun skandal ini telah mencoreng mukanya serta keluarga besarnya dan juga partainya. Walaupun ungkapan penyesalan dan permintaan maafnya telah meluncur dari bibirnya kepada warga New York, tempat sang gubernur ini memerintah, ternyata tidak membuat dosanya bisa dimaafkan.

Amerika Serikat adalah negara kapitalis, pemenang perang dunia kedua, negara polisi dunia, menghargai kebebasan individu, serta identik dengan kebebasan seksual para kaum mudanya. Namun ternyata, mereka juga bisa begitu fanatik dengan masalah moral. Sebagaimana yang sering dilihat di berbagai film-film Hollywood, betapa bebasnya warga negara Paman Sam ini dalam masalah seksual. Namun jika yang melakukannya adalah para pejabat publik, tokoh terkenal atau para politisi, bisa jadi akan menjadi masalah panjang dan mungkin akan bisa mengakhiri karir yang bersangkutan.

Gubernur New York Eliot Spitzer, mungkin bukan pejabat pemer¬intahan yang pertama kali terlibat dalam skandal seks. Masih terngiang di telinga kita kasus yang menimpa mantan Presiden AS Bill Clinton dengan salah seorang pegawai magang di Gedung Putih, Monica Lewinski. Namun Clinton yang jadi sang presiden kala itu, walaupun banyak dihujat oleh warganya, tak sampai terpental dari kursinya. Berbeda nasibnya dengan Spitzer yang dengan rela hati dan lapang dada harus menerima pil pahit akibat perbuatannya dengan pelacur kelas tinggi tersebut.

Ternyata Amerika Serikat, walaupun merupakan negara bebas, individualistik yang menghargai privasi seseorang, bisa begitu peduli dengan masalah moral pejabatnya. Lalu bagaimana dengan negara Indonesia dengan penduduknya yang mayoritas beragama Islam terbesar di dunia? Apakah memang masalah penyimpangan seksual bisa juga mengakhiri karir sang pejabat?

Jawabannya, bisa iya dan bisa tidak. Namun kebanyakan masalah skandal seks di negeri "untaian mutu manikam" ini sering muncul jika ada Pilkada dan selalu berhubungan dengan masalah politik. Maka tak jarang ketika Pilkada berlangsung, akan terbukalah borok-borok seorang calon, terutama sekali masalah skandal seks. Seperti dalam kasus pasangan bupati dan wakil bupati di salah satu kabupaten di Jawa yang foto-foto bugil mereka berdua terse¬bar di internet dan telepon genggam saat berlangsungnya Pilkada. Serta kasus-kasus pejabat lainnya yang selalu ada hubungannya dengan politik.

Sebenarnya, sudah menjadi rahasia umum, banyak para pejabat-pejabat di Indonesia yang terlibat sandal seks. Ada yang seling¬kuh, mempunyai istri simpanan bahkan kerap mendatangkan para penjaja seks ke hotel jika mereka ada tugas di luar kota. Namun mungkin karena kehati-hatian mereka, banyak yang tidak terungkap ke masyarakat umum. Semua masyarakat sudah tahu, namun banyak yang permisif dan tidak ingin ribut karena masyarakat kini tidak punya kekuatan. Mereka lebih disibukkan dengan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan selalu mengurut dada dengan kenaikan harga sembako yang terus melonjak.

Namun ini bisa jadi peringatan untuk pejabat di Indonesia. Skandal seks bisa juga berkibat fatal sama halnya dengan di Amerika. Telah banyak daftar pejabat yang terpelanting akibat tak bisa mengendalikan nafsu syahwat. Seorang anggota DPR RI dari Partai Golkar, Yahya Zaini, bisa jadi pelajaran berharga. Jangan coba-coba menabur angin jika tak ingin menuai badai. Termasuk para pejabat lainnya, anda harus bersiap-siap menerima karma jika akan ikut Pilkada. Skandal seks bisa berakibat fatal.***

Tidak ada komentar: