Senin, 09 Maret 2009

Thailand Lage

Takut...

Mendarat dengan sempurna

International Airport Svarnabhumi Thailand

Berangkat Subuh buat mata mengantuk

Ketakutan Jelang ke Negeri Gajah Putih

SEMULA saya sempat khawatir berangkak ke Bangkok guna melakukan peliputan pariwisata Thailand atas undangan Tourism Authority Thailand, pada pekan terakhir bulan Februari ini. Berita-berita menyangkut kondisi negara Gajah Putih ini agak menakutkan pada saat-saat terakhir saya akan berangkat. Ditambah lagi dengan berita demonstran yang menduduki gedung perdana menteri guna melengserkan sang perdana menteri. 


Yang saya takutkan adalah, kejadian beberapa waktu lalu, bisa saja berulang kembali. Dimana para demonstran menduduki bandara udara Svarnabhumi, bandara internasional Thailand yang cukup besar dan megah itu. Mungkin saya tak bisa pulang ke tanah air dan akan terkatung-katung. Ditambah lagi, saya baru pertama kali berkunjung ke Thailand dan berangkat sendiri lagi, tanpa ditemani. 


Karena kode booking tiket sudah di tangan, (pesawat yang saya naiki nampaknya tak perlu tiket, cukup kode booking saja) dan jadwal sudah tersusun, saya pun akhirnya berangkat. Dalam benak saya, jika terjadi kekacauan, maka saya akan langsung ke KBRI di Bangkok, sekaligus melakukan peliputan kondisi terakhir untuk suplai berita desk internasional yang saya gawangi. Saya pun menyiapkan segala sesuatu guna tugas peliputan, mulai dari kamera, alat perekam, kartu pers dan HP comunicator pun saya buka roaming internasionalnya jika sewaktu-waktu perlu cepat bikin berita, bisa saya kirim melalui HP saja. 


Perjalanan dari Bandara Sultan Syarif Kasim II, berjalan lancar hingga transit di LCCT Kuala Lumpur. Di bandara yang khusus untuk penumpang pesawat Air Asia ini, saya melihat antrean menuju pesawat ke Bangkok sangat panjang. Di pesawat pun tak ada bangku yang kosong. Saya pun mulai bertanya-tanya, apa mereka yang ke Bangkok tidak tahu kondisi terakhir di sana? Karena saya lihat wajah-wajah bule dan Cina yang banyak, dan nampak betul mereka ingin berwisata di negeri pagoda itu.


Saat sampai di bandara Svarnabhumi, keramaian makin menjadi-jadi. Semua orang hilir mudik sambil menyeret tas jinjing. Kekhawatiran saya pun akhirnya sirna ketika melihat kondisi kota dari dalam mobil yang membawa saya ke hotel. Hampir tak ada nampak adanya aksi demonstrasi di jalan-jalan yang saya lewati. Semuanya berjalan lancar dengan kondisi jalan dari bandara menuju Bangkok
yang padat merayap. 
Kawasan Patpong, depan Hotel Montiens tempat saya menginap, ramai sekali. Wisatawan dari berbagai ras hilir mudik menikmati hiburan malam dan berbelanja barang-barang ratusan kios yang bertebaran. Saya tak melihat ketakutan yang saya rasakan saat mengedit berita internasional yang saya ambil dari situs-situs luar saat bekerja di kantor. Semua berjalan aman dan lancar. Mungkin saja di tempat lain terjadi aksi demonstrasi menurunkan sang perdana menteri, tapi saya lihat tak berpengaruh banyak dengan kehidupan rakyat dan para wisatawan.


Rombongan kami, sempat lewat di depan kantor perdana menteri saat akan berkunjung ke Grand Palace. Saya tak melihat adanya aktivitas keramaian di sana, malah yang banyak turis asing. Mungkin, itulah hebatnya negara ini, tak terpengaruh banyak dengan kondisi politik. Beda dengan negara kita, yang sedikit saja ada aksi demonstrasi, langsung membuat panik, rupiah turun dan wisatawan pun takut datang.


Tapi dari analisa saya pribadi, saya lihat rakyat Thai sangat patuh kepada rajanya. Jadi mungkin saja perdana menteri bisa berganti, tapi wajah sang Raja tetap berkibar dimana-mana dan jadi panutan rakyatnya. Bahkan saat menonton di bioskop, sebelum film dimulai, penonton harus berdiri dulu mendengarkan lagu Long Live the King untuk sang raja. Mungkin ini contoh baik negeri tetangga yang bisa diterapkan di negara kita.***

Tidak ada komentar: