Senin, 17 Oktober 2011

masih tentang minyak






Apakah Kita Sudah Siap?

SAAT masih kecil dulu ketika duduk di bangku sekolah dasar, pernah suatu kali terfikir, apa yang akan terjadi di dunia ini jika minyak bumi sudah habis? Terbayang, semua kendaraaan bermo­tor akan menjadi besi tua dan teronggok begitu saja. Mesin-mesin tidak akan bisa bekerja dan orang-orang akan menganggur. Tidak ada lagi listrik dan hidup akan menjadi gelap gulita di saat malam. Tidak bisa menonton televisi dan memutar musik kesukaan di tape.

Dan saya tak akan bisa lagi melihat mobil tangki menyerakkan minyak untuk aspal ke jalan tanah di kotaku yang kaya raya dengan emas hitam. Saat SD dulu, jalan di kota kami masih jauh dari sentuhan aspal hotmix. Jalanan diaspali dengan minyak mentah yang diserakkan di sepanjang jalan tanah yang telah diratakan dengan geledor. Minyak yang diserakkan tersebut akan mengeras diatas jalan dan membentuk aspal. Licinnya bukan main saat hujan turun, sehingga roda mobil pun kadang harus diberi rantai besi agar tidak selip.

Ketika penduduk belum padat, kami sering saat malam menyaksi­kan lampu berpencaran dan berkedap-kedip di daerah operasi minyak Caltex yang kini dinamakan ladang minyak injeksi Duri atau Duri Steamflood Field. Ladang minyak injeksi uap yang terbesar di dunia. Karena rumah kami berada di ketinggian dekat ladang minyak tersebut, jadi kalau malam kami mendpat suguhan pemandangan yang menarik, layaknya melihat sinar lampu Singapura dari Kota Batam. Siang hari, sering tercium bau seperti kentut yang menurut warga sekitar berarti ada gas yang bocor. Tak jarang kami pun berjalan kaki ke sana memancing ikan sambil melihat ratusan pompa angguk yang tak henti-hentinya menyedot minyak.

Saat sudah dewasa, saya pun mengerti bahwa minyak bumi bukan­lah satu-satunya energi penggerak di dunia ini. Jadi kalaupun minyak bumi habis, maka akan ada gas bumi, minyak nabati, tenaga surya, tenaga air, tenaga angin hingga nuklir. Kendaraan bermotor pun masih bisa berseliweran di jalan raya. Mesin pabrik masih dapat beroperasi dan menghasilkan barang. Listrik pun bahkan bisa lebih murah membayarnya jika dihidupkan dengan tenaga nuklir.

Satu pertanyaan saya sudah terjawab ketika tahu bahwa ada energi alternatif yang ternyata bisa menggantikan minyak bumi. Namun satu lagi pertanyaan yang hingga kini masih menghinggapi adalah, bagaimana dengan pekerjaan orang tua, keluarga besar kami dan teman-teman saya yang semua bekerja di bidang penyedotan minyak bumi ini. Saya tak bisa membayangkan kota tempat kelahiran saya yang merupakan penghasil devisa terbesar di Republik ini, akan jadi kota hantu jika minyak bumi habis. Apakah pemerintah sudah punya alternatif dan solusinya, hingga sekarang masih gelap bagi saya.

Berbicara kekinian, ketika minyak bumi berangsur-angsur habis, apakah pemerintah kita sudah siap dengan energi alterna­tif? Empat tahun yang lalu, saya pernah diajak field trip ke wilayah kerja dan melihat-lihat operasi kerja di BOB BSP yang merupakan mantan CPP Blok-nya Caltex. Saat saya bertanya kepada top manager disana kapan minyak di blok ini akan habis, ia pun memprediksi tahun 2020 minyak ditempatnya akan kering. Dengan catatan tidak ada lagi eksplorasi dan penerapan teknologi ter­baru. Karena menurutnya, minyak bumi adalah energi yang tidak bisa diperbaharukan dan suatu saat nanti akan segera habis.

Sudah siapkah pemerintah dan kita sendiri menghadapi hal tersebut? Saat ini pun krisis energi sudah menimpa negara kita. Penghapusan subsidi minyak tanah dan mengalihkannya ke gas, merupakan bukti bahwa produk minyak bumi di Indonesia terus turun. Indonesia yang merupakan pengasil minyak bumi dan terga­bung organisasi negara dunia pengekspor minyak bumi atau OPEC, kini sudah keluar. Kenaikkan harga minyak dunia membuat pemerin­tah pusat bingung. Bahkan timbul opsi menghapuskan subsidi untuk minyak premium atau bensin yang menurut renana akan dilakukan pada bulan April tahun ini, namun molor karena banyaknya tantan­gan.

Sudah siapkan kita di negeri Lancang Kuning ini. Negeri yang diatas dan dibawah kaya dengan minyak. Apa yang telah pemerintah daerah lakukan untuk menerapkan energi alternatif. Apakah pemer­intah sudah mulai melakukan penerapan energi ini? Atau masyarakat sudah mulai beralih ke energi alternatif di kehidupan sehari-hari? Kenyataannya, kita terlihat lebih senang dan candu dengan kehidupan carut marut politik dibanding memikirkan masalah men­yangkut dunia teknologi terutama masalah energi alternatif.***

Tidak ada komentar: