Rabu, 11 Februari 2009

Ultah

Hallo para blogger sedunia

 Ayo tiup kuenya..

Blackforrest pertama Rakha

Muahhhh, jadi ngantuk....

 Ini apa ya..




Genap Setahun

Jauh hari sebelum datangnya tanggal Sepuluh Februari tahun ini, istri saya mulai sibuk. Selalu saja nanya-nanya. Ia seakan tak sabar untuk merayakan ultah anak kami semata wayang. Namun karena tidak mendapat respon dari saya, ia pun jadi kesal.

‘’MASAK anak baru satu, tidak dirayakan ulang tahunnya, Keterlaluan papimu ini ya Kha,’’ katanya sambil memberi makan Rakha sambil bersungut-sungut. Sementara saya sibuk memencet-mencet tombol tivi pada pagi yang diselimuti gerimis itu.

Istri saya rupanya kesal karena saya bilang bahwa saya dulunya tak pernah ada acara ulang di keluarga kami. Ia tambah marah saat saya katakan kalau acara ulang tahun itu adalah budaya agama lain. ‘’Mana pulak tahu si Rakha ini acara ulang tahun-ulang tahun. Kalau sudah ngerti dia boleh lah kita rayakan,’’ ujar saya sambil memeluk bantal dengan menjawab sekenanya.

Sang istri pun malah tambah beringas. ‘’Ya kalau tak mau merayakannya, biar kami berdua yang merayakan. Memangnya kami tak bisa, ya Kha,’’ katanya kepada Rakha yang lagi sibuk merangka ke sana kemari.

Ulang tahun, memang merupakan hari yang bersejarah dan patut dikenang dan dirayakan. Saya tak sejahat itulah tidak merayakan ulang tahun anak kami ini. Sudah susah-susah mendapatkannya, tak mungkinlah saya tak meprehatikannya. Namun jika berbeda pendapat sedikit saja mengenai anak, istri saya langsung sewot.

Saat saya katakan Rakha nanti akan saya jadikan pemusik dan harus pintar main gitar dan piano di umur lima tahun, langsung dibantahnya. Ia ingin Rakha jadi dokter. Pokoknya jadi dokter. ‘’Biar tak seperti maminya yang kuliah salah jurusan,’’ ujarnya.

Namun pada intinya, ia selalu memberi yang terbaik kepada anak kami ini. Bahkan perkembangannya pun selalu diawasi dengan perasaan cemas.

‘’Kenapa ya gigi Rakha belum juga tumbuh. Umurnya khan sudah hampir satu tahun,’’ tanya istri beberapa hari lalu kepada saya. Atau sebelumnya, ia begitu khawatir anak kami belum juga telungkup atau belum juga merangkak atau yang lain-lainnya. Mungkin begitu ya naluri sang ibu melihat anaknya.

Kembali kepada acara ulang tahun tadi, akhirnya acara pun kami rayakan untuk lingkungan keluarga saja. Pada tanggal sepuluh itu, saya sudah usahakan untuk bangun cepat. Namun karena pulang kantornya jam tiga pagi, mata saya agak susah terbuka. Walaupun sebelumnya saat Subuh tubuh saya sudah dipanjat-panjat, hidung dikorek-korek dan kepala diinjak-injak Rakha, saya hanya bisa pasrah.

Sudah jadi kebiasaan, Rakha pada jam 4 pagi ia sudah bangun. Ia akan mengelilingi kamar dan bermain-main sendiri. Jadi maklum saja jika kakinya bisa sampai ke mulut atau duduk dia atas kepada kita yang ketika itu masih terlelap. Sampai bosan, baru ia kemudian merengek. Giliran ke luar kamar wajib untuk dilakukan dan wajib pula memutar DVD lagu anak-anak. Rakha akan diam selama satu jam menonton sampai ia kemudian minta mimik dan akan tertidur hingga pukul 8 pagi. Begitu setiap harinya.

Tapi pagi tanggal sepuluh itu, mami dan Rakha sudah siap untuk berangkat. Tinggal saya yang dengan masih separuh mengantuk mencoba-coba dinginnya air di kamar mandi. Hari ini kami akan merayakan Ultah Rakha di rumah neneknya. Sebelumnya, Rakha sempat ditimbang dulu di Posyandu dan dapat vitamin A. Karena memang jadwalnya ia ditimbang bulan ini.

Sampai di rumah nenek, para sepupu yang sering agak anarkis sudah berkumpul. Termasuk tante-tantenya. Karena sudah jadwalnya makan siang, maka rombongan pun bergerak makan-makan dulu di D’Cost. Itu, lo tempat makan seafood dengan motto mutu bintang lima, harga kaki lima. Tapi tetap tidak murah juga, mungkin harga kaki lima yang jualan di dalam mall ya….

Rencananya sekalian potong kue tart di tempat makan. Namun batal dilakukan karena negosiasi yang ketat dan diawasi mata para sepupu yang agak beringas, akhirnya kue tart pun dibawa pulang. Namun sebelum pulang, arena permainan akan harus disinggahi dulu. Ya terpaksalah, harus sabar-sabar memegang keponakan istri yang lagi lasak-lasaknya. Pokoknya, arena permainan itu bisa bikin mata bocah-bocah jadi liar. Coba sana, coba sini. Saling rebutan pun tak terelakkan, he.he… Kalau lama-lama disini, bisa berabe nih.

Akhirnya rombongan pun pulang juga. Tak terasa hari sudah beranjak Maghrib. Sampai di rumah nenek, para tamu kecil pun tak kuat menahan nafsu melihat kue tar di meja. Maka acara nyanyi selamat ulang tahun dan potong-potong kue pun dilakukan. Sayang saya harus segera berangkat kerja dan meninggalkan Rakha dan maminya nginap di rumah nenek. Terpaksalah saya malam itu tidur sendiri di rumah. Namun asyiknya, pagi hari saya bisa hidupkan Metalicca, Koil dan Netral dengan suara yang full. Tidak kecil-kecil lagi. Serasa hidup di rumah kos dulu rasanya…***







Tidak ada komentar: