Senin, 16 Februari 2009

Tentang Rakha

Hello, i'm Rakha

Rakha di hari ulang tahun

Rakha saat di hotel

Smile boys...

Rambut Rakha sekarang

Beginilah rambut Rakha di umur empat bulan

Hmm, tenang ya...

Ayo nunduk, sang ladies mencoba membujuk

Dua pemotong rambut pun turun tangan

Membujuk Rakha biar tenang, koran pun jadi korban

Rakha dengan rambut baru di umur 8 bulan

Potong Rambut

Setiap kali habis dari ruang menyusui saat kami berbelanja di mal, istri saya selalu saja cerocos bercerita tentang kesalahaan para ibu-ibu di ruangan tersebut. Kemarin saat, jalan-jalan ke Mal Ska, hal itu kembali terjadi. Ia nampaknya kesal.

MASAK, para ibu itu memanggil kakak sama anak kita. Saat dibilang Rakha laki-laki, langsung aja ibu-ibu minta maaf. “Eh laki-laki ya, habis wajahnya manis”. Padahal Rakha kan pakai baju laki-laki,’’ ujar my wife bercerita sepanjang jalan.

Bukan satu atau dua kali istri saya mengatakan hal tersebut. Namun saya hanya bisa memberikan argumentasi. “Mungkin saja karena mereka melihat rambut Rakha yang panjang. Jadi disangka perempuan. Kan jarang ada anak laki-laki yang rambutnya panjang,’’ ujar saya.

Memang, anak saya Rakha memiliki kelebihan di rambutnya. Sejak baru dilahirkan, rambutnya sudah tebal. Pada umur lima bulan, rambutnya sudah sampai menutupi kedua matanya. Kami belum berani memotongnya karena menunggu acara akikah, yang merupakan acara selamatan sekaligus potong rambut. Saat akikah pada bulan Agustus tahun lalu, barulah rambut Rakha dipotong oleh opa dan omanya dan keluarga lainnya.

Sebulan setelah acara akikah, kami pun memotong rambutnya. Saya semula bingung, kalo bayi potong rambutnya dimana ya? Namun setelah mendengar cerita teman-teman, akhirnya kami pun membawa Rakha potong rambut di Johnny Andrean. Agak susah memang memotong rambutnya. Karena saat itu ia merasa tak nyaman saat gunting sang ladies pemotong rambut singgah. Ia bergerak ke kiri dan ke kanan. Kemudian diiringi dengan pekikan dan desahan.

Terpaksalah sebuah koran jadi mainan dan habis digigitnya. Sengaja kami kasih koran karena Rakha biasanya matanya akan berbinar-binar melihat koran atau majalah. Kalau di rumah, janganlah coba-coba meletakkan koran di bawah. Akan habis dilumatnya. Malah majalah Rolling Stone yang baru saya beli, hancur tak karuan dengan cover robek-robek karena lupa meletakkan jauh dari jangkauannya.

Hingga ketika pulang kampung saat hari raya, Rakha sudah berambut baru dan kelihatan macho. Setelah itu, rambutnya pun tak pernah tersentuh gunting lagi. Akhir pekan kemarin, saat ke rumah neneknya di Hasanuddin, sang mami pun kena marah sama sang nenek. ‘’Satu permintaan ibu, tolonglah rambut si Rakha ini dipotong. Tengoklah, rambutnya sudah sampai ke mata. Nanti kalo dibiarkan, lama-lama jadi juling,’’ sergahnya.

Kami yang baru pulang weekend dari hotel pun tak bisa berkata-kata. Akhirnya, Rakha pun menjalani prosesi potong rambut yang kedua di usianya satu tahun. Karena malas ke mal, kami pun membawanya ke tukang pangkas pria. Maka rambut Rakha pun dipermak lagi. Kali yang memotongnya cowok, bukan cewek Tionghoa. Namun karena sudah satu tahun, ia tak lagi lasak saat saya gendong ketika potong rambut.

Namun setiap kali habis potong rambut, saya selalu rindu dengan anak saya yang berambut agak panjang dan awut-awutan. Saat rambut pendek, ia kelihatan terlalu dewasa.***


Tidak ada komentar: