Jumat, 14 November 2008

Area Militer


Duo veteran musik


Mantap


Saat penonton sepi di depan panggung utama


Grup band Nidji sedang beraksi

Musik adalah Jawabannya
Seumur-umur, baru sekali saya masuk ke dalam lokasi parkir pesawat tempur di Lanud TNI AU Pekanbaru. Saya dapat melihat dari dekat bentuk pesawat tempur yang berwarna dominan coklat loreng tersebut parkir berjajar di hanggar. Sebelumnya, saya hanya bisa menyaksikan pesawat tersebut dari jauh di luar pagar saat melewati kompleks Lanud atau melalui foto-foto rekan-rekan yang meliput.

SEBEGITU pentingkah peristiwa melihat pesawat dan masuk ke dalam lokasi bandara Lanud ini saya sampaikan? Bagi kebanyakan orang, memang tak penting-penting betul. Apalagi bagi kawan-kawan rekan jurnalis, sesuatu hal yang biasa mengingat seringnya TNI AU mengajak kawan-kawan meliput kegiatan mereka. Tapi bagi saya yang tak pernah meliput kegiatan TNI AU, peristiwa yang saya alami begitu membuat saya terkesan. Kenapa?

Ya, karena saya masuk ke dalam obyek vital tersebut dan melihat pesawat tempur dari dekat, bersama belasan ribu warga lainnya yang hobi musik. Itu kejadian sekitar dua tahun lalu, tepatnya di hari Ahad. Ketika itu kompleks Lanud dan lapangan udaranya yang selama ini dikatakan sebagai obyek vital, seakan-akan pupus sudah. Warga atau tepatnya para kawula muda menyemut dan memadati tiga panggung besar di tengah lapangan terbang. Sementara pesawat-pesawat tempur itu parkir dengan hanya diberi pembatas berupa pita garis polisi saja. Saat itu konser musik Soundrenalin digelar di kawasan, yang katanya, paling vital dan hanya orang tertentu saja boleh masuk

Bahkan, saking bebasnya, pihak TNI AU menyediakan truk khusus yang disiagakan secara gratis di dua pintu gerbang untuk membawa warga yang akan menonton konser musik paling bergengsi di tanah air itu, masuk ke dalam kawasan lapangan terbang. Saya hampir-hampir tidak percaya bahwa konser sebesar itu dilakukan di dalam area militer. Bersama rekan band saya saat kuliah dulu, kami pun tak ingin melepaskan moment paling berharga ini.

Atraksi terjun payung dan manuver helikopter yang terbang rendah meningkahi aksi panggung grup band Nidji di pentas utama. Tak hanya satu grup musik, belasan grup nasional papan atas serta grup band dari luar negeri menghentak area Lanud Pekanbaru dari pagi hingga malam hari. Suatu hal yang langka, sebuah konser musik diramaikan dengan aksi spektakuler sambil ditonton ribuan warga, dan di kompleks militer lagi. Saya merasa, saat itu TNI AU adalah militer yang paling toleran dan berani serta berhasil memikat hati masyarakat. Mereka telah membuktikan bahwa daerah militer itu bukan kawasan angker yang dipenuhi wajah-wajah garang. Para tentara itu bahkan terlihat ramah dengan senyum yang manis, berbaur bersama kami para penikmat musik.

Itu dua tahun lalu. Dan pada malam minggu di awal bulan ini, saya mengunjungi rekan kuliah saya yang dulu sama-sama gila musik. Di rumahnya, kawan saya ini sedang santai, memutar DVD konser musik sambil memeluk gitar. Memang, saat ini kami jarang berjumpa dan praktis kami tidak pernah lagi latihan ataupun manggung lagi. Maklum umur sudah bertambah dan kesibukan makin banyak.

Kami pun ngobrol hilir-mudik hingga pembicaraan mengarah kepada kompleks TNI AU. ‘’Jalan di kompleks TNI AU sekarang ini ditutup untuk umum,’’ kata saya.

‘’Memangnya kenapa, kan dari dulu juga begitu,’’ jawabnya dengan santai sambil memetik-metik senar gitar.

‘’Tapi sekarang nampaknya akan berbuntut panjang karena yang ditutup dengan portal adalah kawasan perumahan masyarakat yang ada di sekitar kompleks tersebut,’’ jelas saya membalik-balok majalah musiknya.

‘’Kok bisa. Bukannya rumah warga di situ lebih dulu ada daripada kompleks TNI AU. Malahan ada sekolah, masjid dan kantor lurah lagi,’’ tanya sang kawan lagi.

‘’Tak tahulah saya alasannya. Namun nampaknya bakal ada berita seru lagi. Dulu kan pernah juga ada konflik TNI AU dengan warga di sana soal pendirian rumah ibadah,’’ kata saya lagi.

‘’Agaknya perlu juga dibuat konser musik di dalam kompleks itu kayak dulu lagi. Dalam kondisi krisis global ini nampaknya butuh hiburan musik di sana. Jadi suasana agak cair dan fulus pun mengalir,’’ kata sang teman setengah bercanda sambil melihat-lihat isi dompetnya.***


Tidak ada komentar: