Kamis, 26 Juni 2008

Masih Tetap Garang


aksi bagus dan Coki di purna MTQ Pekanbaru


Meloncat, selalu mewarnai aksi panggung


Duet bas dan gitar

Ketemu Idola
*Netral Sampai Mati

Semula, tak ada niat atau bayangan saya akan bertemu Netral, grup band idola saya. Saya mempunyai koleksi lengkap album grup band ini sejak dari album pertama hingga terakhir. Bahkan lagu-lagu Netral menjadi lagu wajib yang saya bawakan bersama “bobo in the corner”, (band yang saya bentuk bersama kawan-kawan saat duduk di bangku kuliah). Lagu “Tiga Dini Hari” dari album pertama Netral telah sukses membawa kami menjadi band festival saat kuliah dulu.


TELAH lama saya mendambakan melihat langsung konser Netral. Beberapa kali Netral ke Pekanbaru, namun saya baru tahu setelah beberapa hari konser mereka berlangsung. Saat tahu Netral akan konser pada Kamis (26/2) malam di purna MTQ, saya berniat menonton. Walaupun saya kerja masuk malam, namun saya tinggalkan dulu untuk melihat konser band alternatif terakhir di negeri ini.

‘’Hei brur, Netral main Kamis malam,’’ begitu suara Dang, teman dekat saya yang dulu gitaris Bobo ketika menghubungi HP saya. Ternyata saya kalah cepat menghubunginya untuk nonton bareng.

Akhirnya pada Kamis malam, kami pun berangkat ke purna MTQ. Saat sampai, kami kaget melihat antrean panjang memasuki gerbang purna MTQ. Alamak, bisa dua jam ngantre baru bisa masuk nih. Saya pun mencari akal dan memutuskan parkir di Hotel Sahid yang tak jauh dari lokasi konser. Lalu dengan berjalan kaki kami melewati ratusan motor dan mobil yang berdesakan di pintu masuk. Saat masuk ke dalam, yang telihat di panggung baru acara seremoni sponsor dari perusahaan rokok gudang garam yang merayakan ulang tahun ke-50. Ribuan penonton sudah membludak dan kami hanya kebagian menonton di belakang.

Hampir satu jam menunggu, sang idola belum juga muncul di panggung. Selain Netral, panggung juga akan diisi ST12. Penonton sudah gelisah karena tak ada juga tanda-tanda kemunculan di atas panggung. Beruntung MC yang dibawakan Facri Smekot dan Lina bisa membuat sabar penonton menunggu dengan lelucon mereka. Semula saya duga yang akan tampil pertama adalah ST12, karena band ini beraliran menye-menye dan disukai semua orang. Beda dengan Netral yang mengusung kekerasan. Jika Netral tampil terakhir, saya pasti tidak akan selesai menonton, dan bisa mungkin batal menonton. Mengingat begitu lama kantor saya tinggalkan, sementara deadline cetak,tak bisa ditawar.

Namun entah alasan apa, ternyata yang muncul awal malah Netral. Dimulai dengan musik intro, Bagus (bas/vokal), En0 (drum) dan Coki (gitar) berhasil membuat penonton bergeliat. Lagu Super Ego, pun digeber dan membuat penonton di barisan depan bergelinjang dan debu tipis pun beterbangan. Lagu-lagu lain dari album kancut, seperti I Love You, Sorry serta dari album 9th seperti Cinta Gila dan beberapa lagu lain seperti Nurani dan Cahaya Bulan membuat suasana makin panas. Hal ini membuat penonton berteriak-teriak, “air, air, air”. Hal ini memaksa Bagus meminta petugas mobil pemadam kebakaran untuk menyeporkan air ke penonton. Kontan saja semburan air berhasil meredakan suasana panas di penonton barisan depan.

Saat membawakan lagu, Bagus bahkan mengambil topi salah seorang penonton dan memakainya saat tampil di panggung. Hentakan drum Eno yang bertubi-tubi dan full energy, nampaknya memaksa ia menanggalkan baju kaus kutung putihnya. Dari layar scren di sisi pangung terlihat keringat mengucur deras di badannya. Memang bermain drum dengan energi prima seperti itu jelas menguras tenaga. Ditambah lagi Bagus dengan mengacungkan gitar basnya ke atas saat asyik masyuk dengan lagu yang ia bawa. Kadang-kadang ia meloncat bersama Coki yang juga tampil powerful dengan suara gitarnya yang meraung. Walaupun tampil bertiga, namun sound yang mereka hasilnya berhasil memekakkan telingan penonton hingga barisan belakang.

Konser Netral pada malam itu terpaksa diakhiri dengan lagu Pertempuran Hati yang diambil dari album 9th. Penonton pun ikut bernyanyi bersama-sama dengan mengacungkan tangan ke angkasa. Seakan-akan mereka tak rela malam itu konser Netral akan berakhir.

Kami pun usai Netral turun panggung, langsung cabut dari lokasi. Pukul 11.30 WIB, saya melirik jam di tangan kanan. Sudah saatnya balik ke kanntor dan mengecek halaman koran yang dikerjakan para redaktur. Dengan kembali berjalan kaki, Saya dan Dang pun berusaha keluar dari kerumunan orang dan motor kembali ke Hotel Sahid, tempat kendaraan kami diparkir.
Tak dinyana tak disangka, saat sampai di lobi hotel, secara tak sengaja mata saya tertumbuk dengan sebuah mobil yang baru sampai dan terlihat kepala plontos Bagus keluar dari kendaraan tersebut. ‘’Eh, itu Bagus Dang, ayo kita ke sana,’’ kata saya. Dengan setengah berlari saya pun menghampiri Bagus dan menyalaminya dengan erat.

‘’Sukses, konsernya mantap,’’ kata saya.
‘’Terima kasih, tadi nonton ya,’’ kata Bagus
‘’Iya lah, Netral khan idola saya”
‘’Tapi masih ada band lain yang tampil tuh, tak nonton”
“Saya cuma nonton Netral,’’ kata saya.

Saya pun lalu menyalami Eno yang masih bertelanjang dada dan Coki yang masih tetap kalem. Dadang pun menyampaikan kepada Bagus bahwa saya adalah pengoleksi lengkap album Netral. Saya menyampaikan bahwa ada satu album Netral yang tak saya punyai, yaitu album black yang diedarkan terbatas.

‘’Eh, kalau tak salah ada tuh sama Puput. Adakan Put CDnya,’’ kata Bagus kepada managernya Puput.
‘’Ya, ada nih,’’ kata Puput sambil memabawa travel bagnya.
‘’Tak mau foto bareng, sini saya ambilkan,’’ katanya lagi sambil melihat HP saya.
‘’HP Nokia saya tak ada kameranya,’’ jawab saya sambil mengikuti Puput menuju kursi di lobi hotel.

Puput membuka tasnya, dan mengeluarkan satu CD black Netral. ‘’Ada nih, CD sekaligus DVD konser,’’ ia mengulurkannya ke tangan saya. Dadang pun meminta satu lagi. Namun Puput mengatakan bahwa CD dan DVD tersebut merupakan merchandise yang dijual. Kami pun menyanggupinya.

Tak lama kemudian Bagus, Coki dan Eno menyusul. Eno sibuk melihat-lihat kamera digital yang menjepret penampilan mereka tadi. Sementara Bagus dan Coki sibuk membahas aksi penampilan mereka.

“Gimana penampilan kami tadi, ada yang kurang,’’ tanyanya.
‘’Ya, suara bas Bagus tadi kurang keluar,’’ kata saya.
‘’Coki juga tadi ada sedikit meleset main gitarnya,’’ kata Dadang lagi memberi masukan.
‘’Oh, begitu ya. Khan betul apa tadi gue bilang,’’ kata Coki kepada Bagus.
Saya pun menanyakan apa kabar anaknya kepada Bagus dan dijawabnya dengan senyum. ‘’Capek betu tadi, saya sekarang saya masih ngos-ngosan dan masih mencoba mengambil napas,’’ katanya sambil selonjor di kursi.

Puput sang manager kemudian menawarkan kembali foto bersama dengan kamera digitalnya. ‘’Tolong smskan emailnya ke HP saya, nanti saya kirim,’’ ujarnya kepada saya.
Akhirnya saya dan Dang pun berpose bersama artis idola saya yang tak pernah mati ide ini. Tak cukup satu jepretan Puput mengambilnya hingga tiga kali.

‘’Kapan pulang ke Jakarta,’’ kata saya.
‘’Besok pagi jam lima berangkat dari Hotel. Pesawatnya berangkat pukul 7,’’ jawabnya.
Bagus pun kemudian pamit ke kamar kepada kami sambil menyalami erat tangan saya.
‘’Sukses selalu, saya tunggu albumnya yang kesepuluh,’ kata saya.
‘’Terima kasih, doakan ya,’’ katanya. Rombongan pun masuk ke lorong hotel menuju kamar masing-masing.

Setelah berbincang sebentar dengan Puput kami akhirnya juga pamit.
‘’Tak disangka, saya hampir kehilangan kata-kata,’’ Dang kepada saya saat kami hampir sampai di parkiran.***

nb: foto-foto dari fotografer Riau Pos, Said Mufti....






Tidak ada komentar: